Rumah Gadang

Rumah gadang merupakan salah satu unsur budaya Minangkabau yang secara lahiriah terlihat dan sekaligus menjadi ciri khas suku Minangkabau. Sebagaimana halnya rumah di sekitar katulistiwa yang dibangun di atas tiang, rumah gadang mempunyai kolong yang tinggi. Atapnya yang melengkung menjulang tinggi membentuk tanduk kerbau, badan rumah berbentuk persegi panjang yang mengembang ke atas manyerupai badan kapal merupakan arsitektur yang khas serta membedakannya dengan bangunan suku bangsa lain di edaran garis katulistiwa tersebut. Karena bentuk atapnya yang bergonjong atau menjulang tinggi dan runcing rumah gadang disebut juga rumah bagonjong.



Rumah gadang merupakan milik kaum atau milik bersama yang dibangun di atas tanah milik kaum secara gotong royong. Membangun sebuah rumah gadang pada masa lalu membutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari proses musyawarah, persiapan dan pengerjaannya serta beberapa upacara yang dilakuakan hingga rumah gadang selesai. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan, 1998: 8).



Pada upacara adat dalam mendirikan rumah gadang disebutkan fingsi rumah gadang yang berbunyi:

Rumah gadang basa batuah,______Rumah gadang besar bertuah,
Tiang banamo kato hakekaik,______Tiangnya bernama kata hakikat,
Pintu banamo dalie kiasan,________Pintunya bernama dalil kiasan,
Bandue sambah manyambah,_____Bandulnya sembah menyembah,
Bajanjang naiak batanggo turun,____Berjenjang naik,bertangga turun
Dindiangnyo panutuik malu,________Didingnya penutup malu,
Biliaknyo alung bunian.____________Biliknya tempat menyimpan harta benda.

Pada umumnya rumah gadang letaknya memanjang dari barat ke timur, dan panjangnya ditentukan oleh banyaknya ruangan yang terdapat dalam rumah tersebut yang biasanya ganjil seperti 5, 7,9 ruang, bahkan ada yang mencapai 17 ruang. Kemudian lebarnya juga terbagi atas beberapa bagian (3 didieh).

Hampir semua bagian rumah gadang berbahan dasar kayu dengan atapnya terbuat dari ijuk. Adakalanya rumah gadang dihiasi ukiran pada hampir seluruh dinding bagian luarnya, hal ini menunjukkan ketinggian martabat kaum dari kelompok yang memiliki rumah gadang tersebut.

Fungsi rumah gadang adalah sebagai tempat tinggal keluarga / bersama dan tempat bermufsyawarah kaum. tempat melaksanakan upacara dan lain-lain.

Kepemimpinan /kelarasan di Minangkabau mempengaruhi bentuk dan nama rumah gadang, rumah gadang kelarasan Koto Piliang disebut Si Tinjau Lauik, yang kedua bagian ujung lantai rumah ditinggikan yang disebut anjuang, karena beranjung ia disebut juga rumah baanjuang. Sedangkan rumah dari kelarasan Bodi Caniago lazimnya disebut rumah gadang, bangunannya tidak beranjung.

Menurut Luhak, rumah gadangLuhak Tanah Datar dinamakan gajah maharam, karena bentuknya yang lebih lebar, memakai gonjong enam atau lebih, memiliki anjuang karena menganut kelarasan Koto Piliang.

Rumah gadang Luhak Agam disebut surambi papek karena bagian ujungnya seperti dipotong. Sedangkan rumah gadang Luhak Lima Puluh Koto dinamakan rajo babandiang. Kedua luhak ini rumah gadanganya memiliki anjuang karena menganut kelarasan Bodi Caniago.

Pada beberapa daerah di Luhak Kubuang Tigo Baleh dikenal rumah basurambi yaitu bagian depan rumah gadang di beri surambi, ruangan untuk menerima tamu. (Navis, 1984: 174-176).

Di halaman bagian depan rumah gadang berjejer rangkiang (tempat menyimpan padi), konstruksi rangkiang menyerupai konstruksi rumah gadang, terdapat 4 jenis rangkiang:
1. Si tinajau Lauik, tempat menyimpan bahan makanan bagi anak dagang dan para tamu. Letaknya di sebekah kiri, konstruksinya lebih langsing, memiliki empat tiang, penempatannya di tengah antara rangkiang yang lain.
2. Si bayau-bayau, diperguanakan untuk menyimpan persediaan makanan bagi anak kemenakan, konstruksi lebih gemuk, memiliki enam tiang, letaknya di sebelah kanan.
3. Si tangka lapa /Si tanggang lapa, menyimpan persediaan makanan cadangan yang akan dipergunakan pada masa paceklik. Bentuk badan persegi, berdiri di atas empat tiangnya.
4. Kaciak, menyimpan padi abuan untuk benih dan biaya pengerjaam sawah pada musim berikutnya. memiliki empat tiang. Atapnya tidak bergonjong, bangunannya lebih kecil dan rendah. Adakalanya bentuk badannya bundar.

Rangkiang kaciak dapat mencapai empat buah, penempatannya diselang-seling oleh tiga rangkiang induk, sehingga keseluruhan rangkiang bisa mencapai tujuh buah. Seperti halnya rumah gadang, rangkiang juga dihiasi ukiran pada dindingnya. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan, 1998: 9).

No comments:

Post a Comment